Our Happy Time (Cinta Tak Pernah salah memilih waktu)
Judul: Our Happy
Time
Penulis: Gong Ji Young
Penerjemah: Pradita
Nurmaya
Penerbit: Bentang
Tahun terbit: 2012
Jumlah halaman:
xvi + 376 halaman
ISBN:
978-602-9397-25-3
Rating : 4/5
Bagi orang-orang yang tidak
tahu, hidup Yu Jeong adalah sempurna. Ia cantik, terkenal, seorang professor
lulusan Universitas di perancis, dan sejak kecil hidup mapan. Namun sayangnya itu hanya
terlihat dari luar Yu Jeong saja. Walau ia anak bungsu dan anak perempuan
satu-satunya, tapi hubungan Yu Jeong dengan ibunya sangatlah buruk.
“Ada berbagai macam kekerasan. Ada kekerasan fisik, contohnya tadi itu, pukulan. Lalu, kekerasan seksual, kekerasan mental, dan ... pengabaian. Misalnya ketika perut lapar dia tidak diberi nasi, ketika popoknya basah tidak diganti, saat kedinginan tidak dipeluk. Kalau kekerasan mental, misalnya diperlakukan dengan dingin, tidak dengan sepenuh hati dan cinta. Semua itu termasuk dalam hal kekerasan.”
Seoarang anak
biasanya mendapat cinta dan kasih sayang dari ibunya. Namun tidak bagi Yu Jeong
ia terabaikan sebagai seorang anak perempuan. Terlebih lagi ibunya pernah
membuat hatinya terluka melebihi daripada tidak disayangi. Yu Jeong benar-benar
bosan dan muak dengan hidupnya yang tak berarti. Percobaan bunuh diri ia
lakukan beberapa kali, namun malaikat maut enggan merenggutnya. Hingga suatu
hari ia dihadapi pilihan untuk melakukan perawatan psiokologis selama satu
bulan di rumah sakit atau membantu Bibi Monika memberikan pelayanan kepada para
terpidana mati di Rumah Tahanan Seoul. Akhirnya Yu Jeong memilih membantu Bibi
Monika daripada harus dirawat selama satu bulan. Hingga takdir mempertemukanya
dengan Yun Su.
“Yang patut disalahkan dalam kehidupan para penjahat yang terkutuk itu sebenarnya orang dewasa yang mendidiknya. Sejak kecil mereka telah dididik dengan kekerasan. Hari-harinya diisi dengan pukulan, pukulan, dan pukulan.”
Kebahagian sepertinya tidak
pernah menghampiri Yun Su. Ketika masih kecil, Yun Su ditinggal pergi oleh
Ibunya. Ia hanya tinggal dengan Ayahnya yang pemabuk dan suka memukuli Yun Su
dan adiknya setiap hari, ia juga tinggal bersama adik laki-lakinya Eun Su. Eun
Su lah yang membuat ia bertahan, demi melindunginya dan
untuk bertahan hidup. Hingga suatu hari Ayahnya bunuh diri, seseorang membawa
Yun Su dan Eun Su kembali pada Ibu mereka, namun sayang Ibunya pun membuang
mereka.
Yun Su dan Eun Su mengahadapi
kerasnya hidup sebatang kara, dipukuli anak panti asuhan lainnya demi
melindungi adiknya, mengemis bertelanjang kaki saat musim dingin, dan masuk
penjara karena ketahuan mencuri.
Hingga setelah Yun Su
dewasa, ia dituduh membunuh tiga perempuan, memperkosa dan merampok. Kejahatan
yang ia lakukan mampu membawanya ke tiang gantungan, dieksekusi mati.
Selama sebulan Yu Jeong ikut
Bibi Monika datang ke Rumah Tahanan Seoul. Bibi Monika adalah adik dari Ayah Yu
Jeong. Bibi Monika seorang penganut Katolik yang taat, hingga membuatnya
menjadi Suster dan melayani serta memberi pencerahan kepada para terpidana
mati.
Saat Bibi Monika tidak bisa
datang ke Rumah Tahanan. Terpaksa Yu Jeong harus datang sendirian. Awalnya Yu
Jeong dan Yun Su hanya saling diam. Hingga Yu Jeong memutuskan untuk bercerita
tentang kehidupanya yang sebenarnya. Bagaimana Yu Jeong bisa membenci Ibunya,
bagaimana ia ingin bunuh diri dan kebencian pada dirinya sendiri. Yu jeong yang
sebelumnya belum pernah bercerita apapun tentang masalah hidupnya pada orang
lain memutuskan untuk bercerita kepada Yun Su dikarenakan ia merasa nyaman
bercerita dengam Yun Su yang sama-sama menderita.
“Aku tahu, ceritaku sedikit aneh ... tapi, sejak kali pertama bertemu, kurasa kita memiliki kesamaan. Tolong jangan tanya kenapa karena aku pun tak tahu jawabanya .... jika dilihat sekilas, mungkin karena kita sama-sama membenci ibu kita. Sudah lama kau memikirkannya ....”
Yu Jeong selalu menunggu
hari Kamis, untuk mengunjungi Yun Su. Setiap bercerita dengan Yu Jeong ia
begitu tanpa beban dan mengalir. Namun disaat mereka saling menemukan
kebahagian, musim dingin semakin dekat dimana setiap tahanan merasa was-was
dengan hukuman eksekusi mereka. Mampukah mereka merubah takdir disaat
kebahagian datang kepada mereka?
-------
Pertama-tama saya mau mengucapkan terimakasih kepada pengarang yang sudah
menulis novel ini, yang berhasil membuat saya menangis di bagian-bagian akhir
novel. Penulis dalam membuat novel ini melakukan riset ke Rumah Tahanan di
Korea. Go Ji Young dalam meriset tidak hanya mengamati kegiatan para tahanan di
penjara. Ia ikut bersosialisasi dengan para tahanan dalam setiap kegiatan,
mungkin inilah yang membuat novel ini begitu dalam dan seakan-akan benar-benar
terjadi di dunia nyata, hingga pembaca merasa seolah-olah ikut merasakan
kepedihan Tokoh utama di novel ini.
Dari membaca novel ini saya sedikit tahu mengenai sistem hukuman mati di
Korea, tapi mengingat novel ini terbit tahun 1996an saya ragu apakah masih
dipergunakan atau tidak. Hukuman mati di Korea menggunakan cara di gantung.
Terpidana mati kepalanya ditutup sebuah karung kemudian di gantung. Sedangkan
waktu pelaksanaanya pada saat musim dingin. Di musim inilah kebanyakan para
terpidana mati mulai was-was, apakah mereka akan digantung tahun ini atau musim
dingin tahun depan. Sebab terpidana tidak diberitahu kapan mereka akan
digantung.
Ohiya, yang menarik dari novel ini, cerita dari masa kecil Yun So hingga
dewasa diceritakan terpisah dan terselip di setiap bagian di novel yang warna
kertasnya pun berbeda yaitu berwarna abu-abu, catatan biru ini di tulis sendiri
oleh Yun So. Cerita Yun So ini diceritakan sedikit demi sedikit dan seolah-olah
mendukung cerita utama. Sedih dan merasa kasihan saya membaca cerita biru Yun
So. Hidupnya bener-bener gak bahagia dari kecil :”(
Yang sedikit menggangu saat membaca novel ini adalah adanya halaman yang
dobel, dan itu tidak hanya satu. Untungnya saya cuman meminjam di perpustakaan
jadi tidak merasa rugi, hehe. Tapi ya itu tetep bete, karena halaman yang dobel
gak cuman satu tapi beberapa lembar dan halaman dobel tersebut halamanya tidak
urut. Namun selebihnya tidak ada yang mengecewakan dari buku ini, bagi yang ingin membaca siap-siap
tissue saat membaca halaman-halaman bagian belakang :D. Selamat membaca!
Btw, novel ini sudah diangkat ke film pada tahun 2006 dan saya sudah
nonton! Frekuensi menangis saya lebih banyak daripada baca bukunya. Mungkin
dikarenakan banyak penjelasan yang dijelaskan di buku kemudian langsung
menonton filmnya setelah selesai membaca novelnya, jadi tambah masuk deh feel kasihan
saya sama Yun Su dan Yu Jeong.
nice review ijin share ya kak
BalasHapuscara aktivasi kartu axis