NGOPI SORE BARENG DEWI ”DEE” LESTARI
Tanggal 14 januari 2012, temanku ngajakin jumpa fans Dewi
Lestari. Tau Dewi Lestari kan? Penyayi sekaligus penulis novel, dia menyayikan
lagu yang berjudul malaikat juga tahu dan menulis novel diantaranya Supernova,
Perahu kertas, Filosofi kopi dan kumpulan cerita berjudul Madre . tadinya aku
udah nggak mau datang karena ngantuuuuk banget (lebay). Akhirnya aku putusin
buat ikut aja, eh aku sms temenku dianya udah berangkat. Yaudah nekat
berangkat sendiri. Acara ini berlangsung di kafe Dixie, gejayan.untuk
cari tuh kafe aja harus puter-puter dulu karena gak tahu tempatnya, taraaa...
akhirnya ketemu deh. langsung parkir motor, naik kelantai dua dan memanfaatkan
badan slimku (bukan slim lebih tepatnya kurus ) buat nerobos kebagian depan,
hohoho.
Enggak tahu udah berapa lama acara ini berlangsung , aku sms
temenku dianya udah nangkring dibagian duduk lesehan paling depan. Lah terus
aku? Dapet depan sih tapi berdiri -_- . ternyata sampai sana udah ke sesi acara
tanya jawab. Dan saat itu ada yang tanya begini ”mbak Dee dapet inspirasi dari
mana?” Dee langsung menjawab panjang lebar bahwa inspirasi yang mendatangi
kita, seperti lagu malaikat juga tahu dia mendapat inspirasi saat sedang
menggosok gigi dikamar mandi. Dan yang diperlukan untuk menangkap dan menyimpan
inspirasi yang tiba-tiba datang adalah dengan cara menuliskanya dikertas saat
itu juga, bisa di struk belanjaan, di balik kertas kado dan lain-lain.
Dee juga menuturkan bahwa mereka yang pergi kegunung bukan mencari
inspirasi tapi mencari ketenangan karena inspirasi datang menghigap dikepala
kita. Dan ia juga mengatakan bahwa setiap orang mempunyai kehidupan yang unik
dan memiliki kepekaan sendiri terhadap imajinasinya.
Dee juga mengungkapkan saat ia menulis ia tidak pernah berpikir
apakah itu akan menjadi novel atau sebuah cerpen. Kadangkala saat ia
mengharapkan menjadi cerpen ternyata plotnya tebal sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi cerpen atau mau menulis cerpen ternyata plotnya tidak
memungkinkan untuk dikembangkan.
Dee menganggap profesinya tanpa ambisi ia pure enjoy tanpa beban.
Ia lebih senang menulis daripada menyayi karena tak harus repot memakai make
up, memilih baju dsb. sedangkan menulis bisa kapanpun tanpa harus memulai
dengan tetek bengek make up, memakai baju piyama pun bisa .
Pertanyaan kembali dilontarkan kepada Dee yaitu ”Apakah ada niat
untuk memperluas segmen?” dan Dee menjawab bahwa ia juga berkeinginan menulis
cerita untuk anak-anak bahkan ia ingin mengembangkan cerita tentang jendral
pilik yang ada di novel perahu kertas. Dee menulis ceritanya menggunakan sudut
pandang setiap karakter bahkan ia juga tidak menyadari bahwa gender yang paling
banyak ia tulis adalah laki-laki, umumnya penulis membuat gender sesuai dengan
jenis kelamin si penulis, Dee juga tidak mengetahui kenapa itu bisa terjadi
tapi baginya mungkin ini dipengaruhi massa remajanya yang lebih banyak
dekat dengan laki-laki sehingga bisa mengetahui karakter mereka. Seorang
penulis harus hanyut dalam cerita yang ia tulis karena itu bisa menyelami
lebih dalam karakter dalam cerita tersebut dengan begitu pembaca juga ikut
terhanyut.
Lanjut ada pertanyaan lagi ”mbak Dee lagi baca buku siapa?”
berikut jawaban Dee: Saya susah membaca fiksi, buku yang kebanyakan saya baca
malah nonfiksi dan saya adalah tipe orang yang mencari informasi, jarang
sebagai wisatawan imajinasi. tapi saya juga mengikuti novel-novelnya Seno
Gumirah dan juga Djenar.
Kemudian ada yang bertanya “apakah Mbak Dee tertarik menulis yang
bertemakan “aku” maksutnya adalah mbak Dee sendiri. Dee mengungkapkan bahwa
untuk menulis dirinya sendiri ia menghindari itu karena karakter tokoh menjadi
kurang beragam. Ia biasa menumpang salah satu karakter pada novelnya dengan
mencampur karakter lainya.
Dan yang terakhir sudah tidak ada pertanyaan dari audiens lagi
tapi pembawa acara menyinggung sedikit tentang Perahu Kertas yang akan
difilmkan dan Dee menulis sendiri skenarionya. Ia berkata membuat film lebih
susah ketimbang menjadi penulis karena harus bekerjasama dan mendiskusikan
semuanya dengan kru sedangkan menulis novel ia bisa sesuka hati menulisnya. Dan
ini juga bisa terjadi film tidak sesuai dengan novel karena bisa saja imajinasi
pembaca jauh dari yang dibayangkan tentang gambaran tokoh dalam novel tersebut
karena imajinasi pembacalah yang paling benar (betul itu Kak Dee, haha).
Akhirnya acara selesai deh dan diakhiri dengan foto bersama Dee
dengan berjubel untuk meminta tanda tangan Dee. karena saya malas
berdesak-desakan akhirnya saya pulang duluan sedangkan teman saya masih disana
untuk menyempatkan diri berfoto dan menorehkan tanda tangan di notesnya. Sampai
lupa diakhir acara Dee menyayikan lagu yang kayaknya akan jadi soundtrack film
perahu kertas, bagus bangettt, hahaha cuman aku lupa liriknya:( intinya sih
dari miliaran manusia dia jodohku lewat radar nepTunus ini, kalau gak salah
begitu, hihi)
Ohiya sebenarnya sebelum sesi tanda tangan masih ada sesi bagi
buku juga karena saya gak dapet maka gak saya ceritakan panjang lebar haha:D
trims sudah membaca postingan saya :D
ini foto yang diambil teman saya
Salah satu penulis terbaik Indonesa yg sangat gua kagumi ^^
BalasHapusDan gua setuju sama kata2 dia soal imaginasi, itulah yg gua alami tiap kali mau nulis blog soalnya, hehehe
yap,emang bener:)
BalasHapus